Rabu, 13 Juni 2012

PROPOSAL PENELITIAN MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SEMESTER II SMA SURYA WISATA PADA POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI DENGAN BERBANTUKAN LKS



 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu dasar yang harus dikuasai, selain membaca dan menulis. Menguasai ilmu matematika, membaca, dan menulis berarti mempunyai harapan untuk mudah dan cepat memahami ilmu pengetahuan yang lain. Sehingga tidak mengherankan apabila setiap dikeluarkanya kebijakan tentang Ujian Negara/ Nasional pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, matematika pasti menjadi salah satu mata pelajaran yang diujikan. Tetapi yang memprihatinkan, matematika sering menjadi penyebab siswa tidak lulus ujian.
Pendidikan Nasional diarahkan (1) untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan (2) untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Namun demikian, untuk mewujudkan tujuan mulia tersebut tidak semudah yang dibayangkan, berbagai upaya harus dilakukan untuk mewujudkannya.
Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia sampai sekarang, peranan Matematika semakin penting, baik bagi perkembangan peradabanmanusia secara keseluruhan (misalnya bagi perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi) maupun bagi perkembangan setiap individu. Bagi individu, Matematika berguna untuk memperoleh keterampilan-keterampilan tertentu dan untuk mengembangkan cara berpikir. Selain itu, Matematika berfungsi sebagai alat bantu dan pelayanan ilmu, artinya tidak hanya untuk Matematika itu sendiri tetapi untuk ilmu-ilmu yang lain, baik untuk kepentingan teoritis maupun kepentingan praktis sebagai aplikasi dari Matematika.

1
 
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Matematika diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung dalam Matematika itu sendiri, tetapi Matematika dianjurkan pada dasarnya juga bertujuan untuk membantu melatih pola pikir siswa agar dapat memecahkan masalah dengan kritis, logis, cermat dan tepat. Di samping itu, agar siswa terbentuk kepribadiannya dan terampil menggunakan Matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan realita yang ada kebanyakan siswa kurang antusias dalam menerima pelajaran Matematika, mereka lebih bersifat pasif, enggan, takut atau malu untuk mengemukakan pendapatnya. Tidak jarang siswa kurang mampu dalam mempelajari Matematika sebab Matematika dianggap sulit, menakutkan bahkan sebagian dari mereka ada yang membencinya. Matematika dianggap sebagai momok oleh mereka, hal ini menyebabkan siswa menjadi takut atau fobia terhadap Matematika. Ketakutan yang muncul dari dalam diri siswa tidak hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri, tetapi juga didukung oleh ketidakmampuan guru menciptakan situasi yang membawa siswa tertarik pada Matematika. Guru merupakan salah satu penentu dalam pendidikan, sebab secara langsung berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral tinggi. Sebagai penentu, guru dituntut memiliki kemampuan sebagai pendidik dan pengajar. Sebagai pengajar, paling tidak guru harus menguasai bahan yang diajarkan dan terampil dalam hal cara mengajarkannya.
Guru Matematika yang berhasil adalah guru yang mampu mengatasi dan menyelesaikan masalah pembelajaran di kelas secara bijaksana. Sehubungan dengan itu, tentulah tidak mencukupi bagi seorang guru Matematika hanya bergantung pada strategi dan teknik yang lama dalam mengajar Matematika, tetapi harus dengan cara yang lain yang dapat menarik siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar mengajar, karena tujuan setiap proses belajar megajar adalah diperolehnya hasil belajar yang optimal. Hal ini dapat dilakukan apabila siswa terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosi. Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Dalam proses pembelajaran komponen utama adalah guru dan siswa. Agar proses pembelajaran berhasil, maka guru harus membimbing siswa sedemikian rupa sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuannya sesuai dengan struktur pengetahuan mata pelajaran yang dipelajarinya.
Untuk mengatasi permasalahan di atas diperlukan adanya pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa, diperlukan metode pembelajaran yang lebih kontekstual, lebih mudah dipahami, dan diharapkan lebih efektif. Dengan uraian di atas maka peneliti mengambil judul penelitian “MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SEMESTER II SMA SURYA WISATA PADA POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI DENGAN BERBANTUKAN LKS”.
1.2    Identifikasi Masalah
Agar seorang guru dapat melakukan proses pembelajaran dengan memanfaatkan sarana dan prasarana secara tepat dan efektif untuk mencapai tujuan pendidikan, diharapkan seorang guru agar benar-benar memiliki kemampuan untuk menggunakan dan memanfaatkan sarana dan prasarana sebaik mungkin.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis mengidentifikasikan beberapa masalah diantaranya:
1)      Bagaimana prestasi belajar siswa dalam pelajaran matematika?
2)      Apakah sanana dan prasarana di sekolah dapat menunjang proses belajar siswa?
3)      Apakah media/alat-alat pelajaran yang diberikan sekolah sudah dapat dikatakan efektif dalam proses belajar mengajar?
4)      Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi prestasi siswa.?
5)      Pendekatan pembelajaran yang bagaimana yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
6)      Apakah ada pengaruh pendekatan kooperatif terhadap prestasi siswa?
7)      Manakah yang lebih baik metode pembelajaran kooperatif dengan metode pembelajaran konvensional?
1.3    Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan peneliti dalam hal waktu, tenaga dan biaya, serta untuk menjaga agar penelitian lebih efektif, efisien, terarah dan fokus, maka diperlukan adanya pembatasan masalah, dengan harapan  agar memberikan kemudahan bagi penulis. Dalam penelitian ini dibatasi dengan hal-hal sebagai berikut:
1)      Metode yang akan digunakan adalah metode pendekatan pembelajaran kooperatif.
2)      Metode pembelajaran kooperatif tipe TAI hanya digunakan dalam pokok bahasan Trigonometri.
3)      Metode pembelajaran pada penelitian ini hanya untuk siswa kelas X.c semester II SMA Surya Wisata Kediri kabupaten Tabanan tahun pelajaran 2010/2011.
1.4    Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu:
1)      Apakah dengan metode pembelajaran kooperatif tepe TAI berbantukan LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X.c semester II SMA Suray Wisata Kediri pada pokok bahasan Trigonometri?
2)      Apakah setelah dilakukan metode pembelajaran kooperati tipe TAI keaktifan dan prestasi siswa akan meningkat?
1.5    Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X.c semester II SMA Surya Wisata Kediri dalam pokok bahasan Trigonometri.
1.6    Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswa,guru maupun sekolah. Manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut.
1.    Manfaat bagi siswa
a.       Diharapkan nilai siswa semakin meningkat
b.      Siswa menjadi tertarik terhadap pembelajaran Matematika, sehingga siswa termotivasi untuk belajar Matematika.
c.       Melatih siswa aktif dalam belajar berdiskusi dengan kelompoknya dan dapat menghargai pendapat orang lain.
d.      Meningkatkan sikap positif siswa untuk berpikir kritis dan tanggap dalam pemecahan masalah.
2.    Manfaat bagi guru
a.       Meningkatkan kreativitas guru dalam pengembangan materi pelajaran.
b.      Guru memiliki kemampuan penelitian tindakan kelas.
c.       Siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran sehingga guru mudah mengoptimalkan pembelajaran.
d.      Memperbaiki kinerja guru dalam pelaksanaan pembalajaran.
3.    Manfaat bagi sekolah
a.       perbaikan proses pembelajaran sehingga mutu pendidikan dapat Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka meningkat.
b.      Menciptakan sekolah sebagai pusatnya ilmu pengetahuan.
4.    Manfat bagi peneliti
Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman sehingga berguna dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan khususnya dibidang matematika.




 
Bab II
Landasan Teori
2.1    Pengertian beajar
Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang pengertian belajar:
a.    Gagne dan Berliner (Anni, 2006:2) mengemukakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.
b.    Morgan (Anni, 2006:2) mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.
c.    Hilgard dan Bower (Dalyono, 2005:211) mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).
d.   Witherington (Dalyono, 2005:211) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau pengertian.
e.    Wittaker (Soemanto, 1998: 104) mengemukakan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
f.    
6
 
Cronbach (Soemanto, 1998: 104) mengemukakan bahwa belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat indranya.
g.    Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan (Bahri dan Aswan, 2002:11), artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap, bahkan meliputi segala aspek organisme.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, ada beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar. Pengertian belajar menurut (Dalyono, 2005:212) adalah sebagai berikut.
a.    Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
b.    Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
c.    Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus menyampaikan perubahanperubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung sementara.
d.   Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah / berfikir, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
Ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar (Ahmadi, 2004:128) adalah sebagai berikut.
a.       Perubahan yang terjadi secara sadar
Ini bahwa individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan atau sekurang-kurangnya individu telah merasakan terjadinya perubahan dalam dirinya. Individu yang bersangkutan menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah.
b.      Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang tejadi pada diri individu berlangsung terus-menerus dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak bisa menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini bisa berlangsung terus sampai kecakapan menulisnya menjadi baik dan sempurna.
c.       Perubahan dalam belajar bersifat pasif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian semakin banyak belajar, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu itu sendiri.
d.      Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar, meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, kebiasaan, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. Sebagai contoh misalnya jika seseorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak ialah dalam ketermpilan naik sepeda itu. Akan tetapi ia telah mengalami perubahan-perubahan seperti pemahaman cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda, cita-cita untuk memiliki sepeda dan sebagainya. Jadi aspek perubahan yang satu berhubungan dengan yang lain.
2.2    Proses Pembelajaran Matematika
Menurut Aji dkk (dalam Suyitno, 1997:3) faktor utama penyeba Matematika dianggap momok bagi siswa adalah penanaman konsep materinya. Banyak siswa kesulitan memahami materi yang sedang dipelajari. Dengan pertimbangan itu, materi-materi yang disajikan harus sederhana dan menarik. Sederhana dalam arti penyajian materi mudah dipahami. Agar lebih menarik dan menumbuhkan kesan rekreatif, penanaman materi disertai gambar-gambar yang menarik.
Menurut (Utami, 2005:29) secara umum yang perlu diperhatikan orang tua dalam membantu anaknya belajar Matematika, antara lain:
a.    Berilah kondisi belajar yang menyenangkan. Misalnya ruangan sendiri yang baik. Berilah dorongan agar senang belajar matematika, jika perlu panggil teman sekelasnya untuk belajar bersama,
b.    Sediakan alat dan buku-buku pelajaran secukupnya,
c.    Pada peristiwa-peristiwa penting, ulang tahun misalnya, berikanlah hadiah buku atau permainan yang ada hubungannya dengan matematika,
d.   Pada dinding kamarnya, hendaklah digantung gambar-gambar yang memacu semangat belajar. Misalnya, ahli-ahli matematika atau rumusrumus matematika yang disajikan secara bagus,
e.    Jangan sekali-kali menyalahkan guru didepan anak, sebab akan menimbulkan kurangnya kepercayaan anak kepada gurunya atau mungkin yang disalahkan orang tuanya. Sebab bagaimanapun bagi anak, guru adalah orang yang paling pandai,
2.3    Hasil belajar
Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2006: 5). Perolehan aspekaspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran (Anni, 2006: 5).
Tujuan pembelajaran merupakan diskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau diskripsi produk menunjukkan bahwa belajar telah terjadi (Gerlach dan Ely, 1980). Perumusan tujuan pembelajaran itu adalah hasil belajar yang diinginkan pada diri pembelajar, agak lebih rumit untuk diamati dibandingkan dengan tujuan yang lainnya, karena tujuan pembelajaran tidak dapat diukur secara langsung. Jadi yang dimaksud hasil belajar adalah sesuatu yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran Matematika yang berarti nilai ulangan, khususnya dalam penelitian ini.
2.4    Matematika sekolah
Matematika sekolah adalah Matematika yang diajarkan di sekolah, yaitu Matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SMP) dan Pendidikan Menengah (SMA dan SMK). Dalam GBPP Matematika SMA diungkapkan bahwa tujuan khusus pengajaran Matematika sekolah menengah atas adalah sebagai berikut:
a.    Siswa memiliki pengetahuan Matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi.
b.    Siswa memiliki ketrampilan Matematika sebagai peningkatan Matematika Pendidikan Dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan yang lebih luas (di dunia kerja) maupun dalam kehidupan sehari-hari.
c.    Siswa memiliki pandangan yang lebih luas serta memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika, sikap kritis, logis, objektif, terbuka, kreatif, serta inovatif.
d.   Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan (transferable) melalui kegiatan Matematika di SMA.
Matematika sekolah mempunyai fungsi sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan (Suherman, 2003:56). Ketiga fungsi Matematika tersebut hendaknya dijadikan acuan dalam pembelajaran Matematika sekolah.
Menurut Suherman (2003:56) tujuan umum Matematika sekolah adalah sebagai berikut:
a.    Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikira logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.
b.    Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan Matematika dan pola pikir Matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
2.5    Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Pembelajaran kooperatif merupakan stategi pembelajaran yang mendorong siswa aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui ketrampilan proses (Henny, 2003:20). Siswa belajar dalam kelompok kecil yang kemampuannya heterogen. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling bekerja sama dan saling membantu dalam memahami suatu bahan ajar. Agar siswa dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya maka mereka perlu diajari ketrampilan-ketrampilan kooperatif sebagai berikut.
a.    Berada dalam tugas
Berada dalam tugas maksudnya adalah tetap berada dalam kerja kelompok, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya sampai selesai dan bekerjasama dalam kelompok sesuai dengan kesepakatan kelompok, ada kedisiplinan individu dalam kelompok.
b.    Mengambil giliran dan berbagi tugas
Mengambil giliran dan berbagi tugas yaitu bersedia menerima tugas dan membantu menyelesaikan tugas.
c.    Mendorong partisipasi
Mendorong partisipasi yaitu memotivasi teman sekelompok untuk memberikan kontribusi tugas kelompok.
d.   Mendengarkan dengan aktif
Mendengarkan dengan aktif maksudnya adalah mendengarkan dan menyerap informasi yang disampaikan teman dan menghargai pendapat teman. Hal ini penting untuk memberikan perhatian pada yang sedang berbicara sehingga anggota kelompok yang menjadi pembicara akan merasa senang dan menumbuh kembangkan motivasi belajar bagi dirinya sendiri dan yang lainnya.
e.    Bertanya
Menanyakan informasi atau penjelasan lebih lanjut dari teman sekelompok kalau perlu didiskusikan, apabila tetap tidak ada pemecahan tiap anggota wajib mencari pustaka yang mendukung, jika tetap tidak terselesaikan baru bertanya kepada guru.
Menurut Ibrahim (2000:6) unsur-unsur pembelajaan kooperatif adalah sebagai berikut:
a.    Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.
b.    Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
c.    Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
d.   Siswa harus membagai tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
e.    Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/ penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
f.     Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
g.    Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Ada beberapa macam model pembelajaran kooperatif antara lain, STAD (Student Teams Achievement Divisions), TGT (Teams Games Tournament), TAI (Team Assisted Individualization), Jigsaw, Jigsaw II, dan CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition).
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan (Suyitno,2002:9). Dalam model ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah. Disamping itu dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki 8 (delapan) komponen, yaitu:
a.    Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 6 siswa.
b.    Placement test, yakni pemberian pre-tes kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa dalam bidang tertentu.
c.    Student Creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
d.   Team Study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkannya.
e.    Team Scores and Team Recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
f.     Teaching Group, yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.
g.    Facts Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.
h.    Whole Class Units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
2.6    Kerangka Berpikir
Keberhasilan proses belajar mengajar khususnya pada pembelajaran matematika dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi. Keberhasilan pembelajaran matematika dapat diukur dari kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan berbagai konsep untuk memecahkan masalah.
Siswa dikatakan paham apabila indikator-indikator pemahaman tercapai. Adapun indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur siswa dikatakan paham menurut Abin Syamsudin yaitu siswa dapat menjelaskan, mendefinisikan dengan kata-kata sendiri dengan cara pengungkapannya melalui pertanyaan, soalan dan tes tugas. Mengacu pada indikator-indikator di atas berarti apabila siswa dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan dengan baik dan benar maka siswa dikatakan paham.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengenal masalah-masalah yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam memahami konsep pada pembelajaran matematika dan untuk mengetahui usaha dalam mengatasinya.
Prosedur tindakan kelas ini merupakan siklus dan dilaksanakan sesuai perencanaan atau perbaikan dari perencanaan tindakan terdahulu. Dalam penelitian ini diperlukan evaluasi awal sebagai upaya untuk menentukan fakta-fakta yang dapat digunakan untuk melengkapi kajian teori yang ada untuk menyusun perencanaan tindakan yang tepat agar pemahaman konsep dapat ditingkatkan.
Betapapun tepat dan baik bahan ajar Matematika yang ditetapkan belum menjamin akan tercapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Dalam proses belajar mengajar Matematika perlu lebih menekankan keterlibatan siswa secara optimal. Pada siswa kelas X SMA Surya Wisata Kediri  materi Trigonometri merupakan materi yang dianggap sulit dan membosankan. Apalagi kalau sudah menyangkut aplikasi pengguanaan rumus rumusnya. Ini mengakibatkan hasil belajar siswa kelas X pokok bahasan Trigonometri rendah. Rendahnya hasil belajar tersebut antara lain disebabkan karena siswa belum dapat memahami konsep-konsep dari Trigonometri, kurang terampil dan telitinya siswa dalam menyelesaikan soal, dan masih digunakannya metode ekspositori pada waktu pembelajaran.
Pada kenyataannya bidang studi yang melibatkan ketrampilan dalam menyelesaikan masalah seperti Matematika akan lebih baik dan tepat jika dikerjakan secara berkelompok dibandingkan secara individu. Pembelajaran kooperatif memiliki dampak positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya.
Manfaat pembelajaran kooperatif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya antara lain dapat meningkatkan motivasi siswa tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif siswa akan berusaha keras untuk hadir di dalam kelas dengan teratur, berusaha keras membantu dan mendorong semangat teman-teman sekelas untuk sama-sama berhasil. Salah satu strategi pembelajaran kooperatif tersebut adalah TAI.
Pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan LKS diharapkan dapat meningkatkan proses belajar mengajar agar lebih optimal serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. LKS tersebut tidak dapat menggantikan guru dikelas, guru tetap mengawasi, memotivasi dan memberikan bimbingan pada siswa.

1 komentar: